Thursday, August 25, 2011

cacat yang tidak...

Hasan al-Basri berkata :

“Aku pernah menemui seseorang yang tidak memiliki cacat. Setelah dia mencela orang lain, maka orang lain mula menemui cacatnya.

Aku pernah berjumpa dengan seorang yang banyak cacat celanya. Namun, kerana dia diam daripada menceritakan keburukan orang lain, maka orang pun tidak membicarakan cacat celanya.

Wednesday, August 24, 2011

Kisah Hasan Al basri Bersama Gadis Kecil

Kisah Hasan Al basri Bersama Gadis Kecil

Pagi itu Hasan al-Basri sedang duduk-duduk di teras rumahnya. Rupanya ia sedang bersantai makan angin. Tak lama setelah ia duduk bersantai, lewat jenazah dengan iring-iringan pelayat di belakangnya. Di bawah keranda jenazah yang sedang diusung berjalan gadis kecil sambil terisak-isak. Rambutnya tampak kusut dan terurai, tak beraturan.

Al-Bashri tertarik penampilan gadis kecil tadi. Ia turun dari rumahnya dan turut dalam iring-iringan. Ia berjalan di belakang gadis kecil itu. Di antara tangisan gadis itu terdengar kata-kata yang menggambarkan kesedihan hatinya. "Ayah, baru kali ini aku mengalami peristiwa seperti ini." Hasan al-Bashri menyahut ucapan sang gadis kecil, "Ayahmu juga sebelumnya tak mengalami peristiwa seperti ini."

Keesokan harinya, usai salat subuh, ketika matahari menampakkan dirinya di ufuk timur, sebagaimana biasanya Al-Bashri duduk di teras rumahnya. Sejurus kemudian, gadis kecil kemarin melintas ke arah makam ayahnya. "Gadis kecil yang bijak," gumam Al-Bashri. "Aku akan ikuti gadis kecil itu."


Gadis kecil itu tiba di makam ayahnya. Al-Bashri bersembunyi di balik pohon, mengamati gerak-geriknya secara diam-diam. Gadis kecil itu berjongkok di pinggir gundukan tanah makam. Ia menempelkan pipinya ke atas gundukan tanah itu. Sejurus kemudian, ia meratap dengan kata-kata yang terdengar sekali oleh Al-Bashri.

"Ayah, bagaimana keadaanmu tinggal sendirian dalam kubur yang gelap gulita tanpa pelita dan tanpa pelipur? Ayah, kemarin malam kunyalakan lampu untukmu, semalam siapa yang menyalakannya untukmu? Kemarin masih kubentangkan tikar, kini siapa yang melakukannya, Ayah? Kemarin malam aku masih memijat kaki dan tanganmu, siapa yang memijatmu semalam, Ayah? Kemarin aku yang memberimu minum, siapa yang memberimu minum tadi malam? Kemarin malam aku membalikkan badanmu dari sisi yang satu ke sisi yang lain agar engkau merasa nyaman, siapa yang melakukannya untukmu semalam, Ayah?"

"Kemarin malam aku yang menyelimuti engkau, siapakah yang menyelimuti engkau semalam, ayah? Ayah, kemarin malam kuperhatikan wajahmu, siapakah yang memperhatikan tadi malam Ayah? Kemarin malam kau memanggilku dan aku menyahut penggilanmu, lantas siapa yang menjawab panggilanmu tadi malam Ayah? Kemarin aku suapi engkau saat kau ingin makan, siapakah yang menyuapimu semalam, Ayah? kemarin malam aku memasakkan aneka macam makanan untukmu Ayah, tadi malam siapa yang memasakkanmu?"

Mendengar rintihan gadis kecil itu, Hasan al-Bashri tak tahan menahan tangisnya. Keluarlah ia dari tempat persembunyiannya, lalu menyambut kata-kata gadis kecil itu.

"Hai, gadis kecil! jangan berkata seperti itu. Tetapi, ucapkanlah, "Ayah, kuhadapkan engkau ke arah kiblat, apakah kau masih seperti itu atau telah berubah, Ayah? Kami kafani engkau dengan kafan yang terbaik, masih utuhkan kain kafan itu, atau telah tercabik-cabik, Ayah? Kuletakkan engkau di dalam kubur dengan badan yang utuh, apakah masih demikian, atau cacing tanah telah menyantapmu, Ayah?"

"Ulama mengatakan bahwa hamba yang mati ditanyakan imannya. Ada yang menjawab dan ada juga yang tidak menjawab. Bagaimana dengan engkau, Ayah? Apakah engkau bisa mempertanggungjawabkan imanmu, Ayah? Ataukah, engkau tidak berdaya?"

"Ulama mengatakan bahwa mereka yang mati akan diganti kain kafannya dengan kain kafan dari sorga atau dari neraka. Engkau mendapat kain kafan dari mana, Ayah?"

"Ulama mengatakan bahwa kubur sebagai taman sorga atau jurang menuju neraka. Kubur kadang membelai orang mati seperti kasih ibu, atau terkadang menghimpitnya sebagai tulang-belulang berserakan. Apakah engkau dibelai atau dimarahi, Ayah?"

"Ayah, kata ulama, orang yang dikebumikan menyesal mengapa tidak memperbanyak amal baik. Orang yang ingkar menyesal dengan tumpukan maksiatnya. Apakah engkau menyesal karena kejelekanmu ataukah karena amal baikmu yang sedikit, Ayah?"

"Jika kupanggil, engkau selalu menyahut. Kini aku memanggilmu di atas gundukan kuburmu, lalu mengapa aku tak bisa mendengar sahutanmu, Ayah?"

"Ayah, engkau sudah tiada. Aku sudah tidak bisa menemuimu lagi hingga hari kiamat nanti. Wahai Allah, janganlah Kau rintangi pertemuanku dengan ayahku di akhirat nanti."

Gadis kecil itu menengok kepada Hasan al-Bashri seraya berkata, "Betapa indah ratapanmu kepada ayahku. Betapa baik bimbingan yang telah kuterima. Engkau ingatkan aku dari lelap lalai."

Kemudian, Hasan al-Bashri dan gadis kecil itu meninggalkan makam. Mereka pulang sembari berderai tangis.

Kisah Hasan Al-Basri Dan Penyembah Api

Kisah Hasan Al-Basri Dan Penyembah Api

Hasan mempunyai jiran yang bernama Simeon, seorang penyembah api. Suatu hari Simeon jatuh sakit dan ajalnya hampir tiba. Sahabat-sahabat meminta agar Hasan sudi mengunjunginya. Akhirnya Hasan pun mendapatkan. Simeon yang terbaring di tempat tidurnya dan badannya telah hitam disebabkan api dan asap.

"Takutlah kamu kepada Allah," Hasan menasihat. "Engkau telah mensia-siakan seluruh usiamu di tengah-tengah api dan asap."

"Ada tiga perkara yang telah menghalangku untuk menjadi seorang muslim. Pertama adalah kenyataan walaupun kamu semua membenci dunia tapi Siang dan malam mengejar harta kekayaan.

Kedua, kamu semua mengatakan bahawa mati adalah suatu kenyataan yang harus dihadapi namun tidak bersedia untuk meng hadapinya.

Ketiga, kamu semua mengatakan bahawa wajah Allah akan dilihat, namun hingga saat ini masih melakukan segala yang tidak diredhai-Nya," jawab Simeon penyembah api.

"Inilah ucapan dari manusia-manusia yang sungguh sungguh mengetahui. Jika setiap muslim berbuat begitu, apakah yang sepatutnya engkau katakan? Mereka mengakui keesaan Allah sedangkan engkau menyembah api selama tujuh puluh tahun, dan aku tidak pernah berbuat seperti itu. Jika kita sama-sama terseret ke neraka, api neraka akan membakar dirimu dan diriku.

Tetapi jika diizinkan Allah, api tidak akan berani menghanguskan walau sehelai rambut pada tubuhku. Ini disebabkan api diciptakan Allah dan segala ciptaan-Nya tunduk kepada perintah-Nya. Walaupun engkau menyembah api selama tujuh puluh tahun, marilah kita bersama-sama menaruh tangan kita ke dalam api agar engkau dapat menyaksikan sendiri betapa api itu sesungguhnya tidak berdaya dan betapa Allah itu. Maha Kuasa," jawab Hasan.

Setelah berkata demikian Hasan memasukkan tangannya ke dalam api. Namun sedikit pun tidak cedera atau terbakar. Melihatkan hal itu Simeon merasa hairan. Suatu ilmu telah diketahuinya.

"Selama tujuh puluh tahun aku telah menyembah api, kini hanya dengan satu atau dua helaan nafas saja yang tinggal, apakah yang harus kulakukan?" Simeon mengeluh.

"Jadilah seorang muslim," jawab Hasan.

"Jika engkau memberiku jaminan bahawa Allah tidak akan menghukum diriku, barulah aku menjadi muslim. dengan jaminan itu aku tidak mahu memeluk agama Islam," kata Simeon.
Hasan segera membuat satu surat jaminan.

Ramai orang-orang yang jujur di kota Basrah memberi kesaksian mereka di atas surat jaminan tersebut. Simeon menitiskan air mata dan menyatakan dirinya sebagai seorang muslim. Kepada Hasan ia berwasiat, "Setelah aku mati, mandikanlah aku dengan tanganmu sendiri, kuburkanlah aku dan selitkan surat jaminan ini di tanganku. Surat ini akan menjadi bukti bahawa aku adalah seorang muslim."

Setelah berwasiat demikian, ia mengucap dua kalimah syahadat dan menghembuskan nafasnya yang terakhir. Mereka memandikan mayat Simeon, men solatkannya dan menguburkannya dengan surat jaminan di tangannya. Di malam harinya Hasan berbaring sambil merenungi apa yang telah di lakukannya itu. "Bagaimana aku dapat menolong seseorang yang sedang tenggelam sedang aku sendiri dalam keadaan yang serupa. Aku sendiri tidak dapat menentukan nasibku, tetapi mengapa aku berani me mastikan apa yang akan dilakukan oleh Allah?"

Dalam keadaan memikirkan hal itu, Hasan terlena. Ia bermimpi bertemu dengan Simeon, wajah cerah dan bercahaya seperti sebuah pelita; di kepalanya ada sebuah mahkota. Ia memakai sebuah jubah yang indah dan sedang berjalan-jalan di taman syurga.

"Bagaimana keadaanmu Simeon?" Tanya Hasan kepadanya.

"Mengapakah engkau bertanya padahal kau menyaksikan sendiri? Allah Yang Maha besar dengan segala kemurahan-Nya telah menghampirkan diriku kepada-Nya dan telah memperlihatkan wajah-Nya kepadaku. Pemberian yang dilimpahkan-Nya kepada ku melebihi segala-galanya. Engkau telah memberi ku surat jaminan,terimalah kembali surat jaminan ini kerana aku tidak memerlukannya lagi," jawab Simeon.

Ketika Hasan terbangun ia mendapati surat itu telah berada di tangannya. Hasan berseru, "Ya Allah, aku menyedari bahawa segala sesuatu Engkau lakukan adalah tanpa sebab kecuali kerana kemurahan-Mu semata. Siapakah yang akan tersesat di pintu-Mu? Engkau telah mengizinkan seseorang yang telah menyembah api selama tujuh puluh tahun lamanya untuk menghampiri-Mu, semata-mata kerana sebuah ucapan. Betapakah Engkau akan menolak seseorang yang telah beriman selama tujuh puluh tahun?"

Semoga kita dapat ambil iktibar daripada apa-apa yang baik dalam artikel ini, dan jika terdapat mana-mana kesilapan fakta, jutaan maaf di pohon, dan sama-sama kita perbaiki, inyshaa Allah. Dan segala yang baik itu datangnya daripada Allah, dan yang tidak baik itu hakikatnya dari Allah jua tetapi atas kelemahan saya sebagai makhlukNya. Wallahua'lam...

Siapa Hasan Al-Basri

Hasan al-Basri

HASAN al-Basri atau nama lengkapnya Abbu Said al-Hasan ibnu Abi al-Hasan Yassar al-Basri. Beliau telah dilahirkan pada tahun 21 H (642 M) di Madinah. Ayahnya bernama Yassar, Maula Zaid bin Tsabit, iaitu seorang jurutulis wahyu, manakala ibunya pula bernama Khairah Maulat Ummul Mukminin Ummu Salmah.

Beliau memiliki sifat-sifat terpuji serta ilmu pengetahuan yang luas dengan memperdalami ilmu agama Islam daripada ulama-ulama terkemuka, dan pada masa yang sama juga beliau telah membuat perjumpaan dengan 70 orang anggota perang Badar dan 300 orang sahabat Rasulullah s.a.w.

Pernah pada suatu ketika beliau ditanya oleh Ali bin Abi Talib yang datang kepada beliau semasa beliau sedang mengikuti pengajian. Ali berkata: “Hassan, aku ingin bertanya kepadamu mengenai dua perkara. Apabila engkau berjaya menjawab kedua-dua perkara itu, engkau akan dapat meneruskan pengajianmu, dan jika sebaliknya, akan kukeluarkan kamu daripada pengajian ini”.

Hasan mendiamkan diri, kemudian dan berkata: “Tanyalah, wahai Amirul Mukminin.” Lalu Ali melanjutkan perbicaraan itu dengan berkata: “Ceritakanlah kepadaku tentang kebaikan agama dan yang dapat merosak agama.”. Hassan menjawab: “Kebaikan agama adalah hidup yang warak dan yang merosak agama adalah hidup yang tamak.” Ali tersenyum dan memujinya serta berkata: “Engkau benar dan sekarang teruskanlah pengajianmu itu.”

Beliau juga sering mendapat pujian terutama daripada Anas bin Malik, Abu Qatadah, dan lain-lain yang sezaman dengannya. Menurut Abu Naim al-Asfahani, Hasan adalah orang yang selalu takut dan berduka sepanjang hari, hidup zuhud dan warak, dan tidak tidur dalam keadaan senang kerana mengingati Allah s.w.t, dan tidak meminta-minta.

Dalam perkara ini beliau pernah berkata: “Bagaimana kita tidak takut jika seluruh kehidupan ini akan dipertanggungjawabkan, sedangkan kehidupan itu sendiri amat pendek dan dibatasi oleh maut yang akan menjemput.”

Manakala bagi orang yang beriman pula, menurutnya kehidupan dunia bukan untuk bersenang-lenang, tetapi persiapan dan peningkatan amal soleh dengan harapan akan diberi keampunan serta rahmat-Nya.

Beliau berpendapat bahawa manusia perlu prihatin di dunia serta memperteguhkan amal soleh, memperkukuhkan zuhud dan menjauhi daripada kemurkaan Allah s.w.t.

Semuanya itu akan tertanam di dalam sanubari manusia jika dapat memiliki iman dan ilmu. Iman dan ilmu merupakan suatu kemestian sebagai dasar bagi orang-orang yang mendekatkan diri kepada Allah sebagaimana yang ditegaskan-Nya dalam surah al-Faatir, ayat 28.

Hasan al-Basri terkenal dengan keberanian memberi ingatan dan nasihat kepada penguasa / pemerintah termasuk Umar Hubairat yang diangkat menjadi Gabenor Iraq (722 M / 103 H), malah telah berjanji untuk senantiasa melaksanakan perintah Khalifah Yazid dengan memberi nasihat yang berbunyi: “Tanamkanlah perasaan gentar kepada Allah s.w.t, bukan kepada Yazid, sedang Yazid tidak akan mampu memisahkan kamua daripada Allah s.w.t. Bila-bila masa sahaja Allah akan menghantar malaikat-Nya untuk meragut kamu daripada pangkat yang kamu sandang, dan menarik kamu dari istana yang luas untuk dibawa ke ruang kubur yang sempit.”

Ketika menjelang pengakhiran hidupnya, beliau telah didatangi beberapa sahabat, lalu salah seorang sahabat itu berkata : “Wahai Abu Said, bekalkanlah kami dengan beberapa kalimat yang bakal memberikan manfaat kepada kami.”

Maka Hasaan pun membalas: “Aku memberi kalian dengan tiga kalimat iaitu:

- “Apa pun urusan yang dilarang, hendaklah kalian sebagai orang yang paling jauh meninggalkannya.”

- “Kebaikan apa pun yang diperintah kepada kalian, hendaklah kalian melaksanakannya dengan bersungguh-sungguh.”

- “Dan ketahuilah, ada dua langkah pada kalian; satu langkah yang menguntungkan dan satu lagi langkah yang membawa kecelakaan. Jadi, kalian hendaklah memperhatikan ke manakah kalian akan melangkah pada waktu pagi.”

Hasan al-Basri selalu memberi pesan agar manusia sentiasa berwaspada terhadap dunia dan berhati-hati akan segala tipu dayanya. Beliau meninggal dunia pada tahun 110 H (729 M) di Basra.

(tulisan ini dari laman web YADIM)

Tuesday, August 23, 2011

Pesan Imam Hasan Al-Basri

"Sesungguhnya aku sedang menasihati kamu, bukanlah bererti akulah yg terbaik dalam kalangan kamu. Bukan juga yang paling soleh dalam kalangan kamu, kerana aku juga pernah melampaui batas untuk diri sendiri. Seandainya seseorang itu hanya dapat menyampaikan dakwah apabila dia sempurna, nescaya tidak akan ada pendakwah. Maka akan jadi sikitlah orang yang memberi"

Pesan Imam Hasan Al-Basri

Kata Imam Hasan Al-Basri kepada muridnya :
Ambillah kertas ini yang mengandungi empat baris kata-kata yang mana ia lebih berharga dari seribu kitab.

1) Jangan kamu tertipu dengan tempat yang indah dan cantik kerana tiada tempat yang lebih cantik daripada syurga, sesungguhnya bapa kita Nabi Adam a.s dulu pernah tinggal di dalam syurga dan menikmatinya tapi kemudian apa yang terjadi?

2) Jangan kamu tertipu dengan ilmu kamu yang banyak,sesungguhnya BAL'AM bin BA'Ura' sangat-sangat banyak ilmunya hingga dengan izin ALLAH dia mampu melihat Luh Mahfuz tapi kemudian apa yang terjadi?

3) Jangan kamu tertipu dengan amalan kamu yang banyak sesungguhnya iblis laknatullah teramat banyak amal ibadahnya kepada ALLAH tapi kemudian apa yang terjadi?

4) Jangan kamu tertipu apabila kamu bermimpi berjumpa dengan wali-wali ALLAH kerana sesungguhnya tiada lagi manusia yang paling afdhal di muka bumi ini melainkan NABI MUHAMMAD S.A.W.